Life Style #Part 2

"Lihat. Bintang itu awalnya kecil dan terang karena pantulan cahaya dari bintang lain. Tapi suatu saat bintang itu akan menjadi sebuah bintang yang besar dan menerangi bintang lain. Lalu lihat disisi lainnya, bintang itu besar dan terang, tapi sinarnya hanya untuk dirinya. apa yang kalian pilih? bintang yang menerangi bintang lain, atau terang hanya untuk diri sendiri?" Ơ̴̴̴̴̴̴͡.̮Ơ̴̴͡

Sunday, November 20, 2011

Guru yang Hebat atau Murid yang Hebat


Hari Ini Aku Belajar, Hari Ini Pula Aku Akan Menjadi Lebih Baik


                 Suatu saat seorang guru agama islam sedang mengajar di kelasnya.
"Wahai anak-anakku yang 'mama' --begitulah murid memanggilnya-- cintai, tidakkah kalian tau? Allah begitu dekat dengan kita. Mama ingin memberi sebuah tugas kepada kalian, apa kalian akan menyanggupinya?" Dengan tutur kata yang lemah-lembut serta senyum yang menghias wajahnya, wanita itu menawarkan sebuah tugas kepada siswa/siswinya.
"Iya mama, apapun tugas yang mama berikan adalah pelajaran yang berharga untuk kami." salah seorang siswi menjawab pertanyaannya.
"Baiklah kalau begitu. Mama hanya ingin dalam waktu satu bulan ini, kalian shalat tepat waktu, ikhlas dan khusyuk. Cobalah kalian lebih dekat dengan Allah, lewat bacaan shalat yang teratur dan benar. Lalu setelah satu bulan, kalian buat sebuah tulisan apa yang kalian rasakan setelah melaksanakan apa yang mama perintahkan. Mama mempunyai hadiah diatas harga Rp.1.000.000,00." Senyum kembali menghiasi wajahnya. "Mama berjanji" Tegasnya.
Serentak semua anak bersorak mendengar nominal sehebat itu. Bel tanda pelajaran telah berakhir.
“Baiklah, karena waktu telah habis cukup sampai di sini dulu. Sekian dari mama, jangan lupa kerjakan tugas kalian. Wabilahitaufik walhidayah wassalamua’laikum warahmatullahi wabarakatuh” akhir mama. Mama beranjak keluar kelas.
Setelah satu bulan, mama pun menagih janjinya.
"Wahai anak-anakku, bagaimana dengan tugas kalian? Sekarang satu per satu kumpulkan. Jangan lupa tulis nama kalian." Raut wajahnya tak henti mengeluarkan senyuman.
Semua siswa berlontang-lanting memberikan hasil karyanya kepada Mama.
"Baiklah, akan mama lihat apa hasil kerja kalian. Besok akan mama umumkan." Mama pun pergi lagi, karena hari itu tidak ada jam pelajarannya.
                Beberapa orang sepertinya tidak sabar menunggu hari esok.
Esok harinya, mama kembali pada kelas yang sama.
"Ya anakku, ada satu orang yang tidak mengumpulkan disini, siapakah itu?" Mama bertanya. Satu orang siswi mengacungkan tangannya dan seraya berkata "Saya mama." Semua temannya terlihat menyorakinya.
                "Sebentar Ya anakku, tidak baik menyoraki seperti itu, jagalah ucapan kalian dari hal yang tidak penting." Katanya sambil menenangkan siswa/siswi lain. "Apa kemarin kamu tidak sekolah nak?" Lanjutnya memalingkan wajah ke arah siswi yang mengacungkan tangannya tadi.
                "Saya sekolah mama." Jawabnya, ia tertunduk.
                "Lalu apa alasanmu tidak mengumpulkannya?" Tanya Mama semakin penasaran.
                "Ya Mama, bukankah kita harus ikhlas dalam beribadah kepada Allah? Saya tidak menulis bukan karena saya tidak mengerjakan. Selama satu bulan itu saya berusaha dekat dengan Allah, saya sadar selama ini saya telah jauh dari Allah, saya merasa kecil dihadapan-Nya, rasa syukur saya begitu sedikit. Saya malu untuk menulis apa yang saya rasakan dalam melaksanakan perintah mama. Saya mencintai Allah, saya tidak ingin ada orang yang tahu seberapa cinta saya kepada Allah, cukup saya dan Allah yang tahu. Tanpa tulisan itu percayalah mama, saya telah mengerjakannya. Hadiah Rp.1.000.000,00 itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang telah saya rasakan, saya cukup dengan begini saja. "            Tanpa disadari, ia meneteskan air mata. Mama menghampirinya lalu ikut menangis. Siswa-siswi lainnya menundukan kepala, mungkin malu atau sebagainya.
                "Wahai anakku, kaulah yang mama harapkan, kau ikhlas dalam beribadah. Inilah  hadiah yang mama janjikan kepadamu. Ini adalah hadiahmu di dunia dari Mama atas rezeki Allah,  di akhirat sana Allah telah menjanjikan hadiah yang jauh lebih besar daripada ini. Cintailah Allah dan dekatlah dengannya, teruslah mendekat." Tangan lembut mama mengelus-elus kepala siswi itu, sembari menyodorkan sebuah kotak.
                "Tidak ma, saya merasa cukup dengan apa yang Allah berikan saat ini dan selamanya." Siswi itu menolak apa yang di hadiahkan oleh Mama, diluar dugaan. Subhanallah sekali.
                "Baiklah jika kau menolaknya Ya anaku." Mama mengusap air matanya, lalu kembali ke depan kelas.
                "Wahai anak-anakku yang mama cintai. Hari ini kita belajar, bahwa ibadah kepada Allah haruslah ikhlas tanpa adanya sebuah iming-imingan yang di harapkan. Mama tidak kecewa kepada kalian yang mungkin punya rasa ingin iming-imingan yang mama berikan, belajarlah dari hari ini. Dekatlah dengan Allah secara ikhlas, maka kalian akan merasakan apa yang belum kalian rasakan dan kalian akan merasakan sesuatu yang harganya tidak dapat dinilai dengan uang. Sesungguhnya hadiah yang bernilai rupiah tertinggi pun di mata kita, itu tidak akan ada nilainya jika kita merasakan cinta dari Allah. Dekatkanlah diri kalian terus dekatkanlah kepada Allah, maka Allah akan lebih dekat dengan kalian."
                Beberapa siswa/siswi menangis, Seorang siswi berlari ke depan dan memeluk mama sambil menangis dan berkata "Alangkah indah aku mempunyai seorang guru sepertimu ma, pelajaran yang sangat berharga. Terima kasih."
Lalu semua siswa/siswi mengikutinya memeluk Mama.

0 comment:

Post a Comment